Sebenarnya Saya Juga Tidak Mau Menjadi LGBT

(LGBT)
Nian merasa haknya sebagai manusia kurang diayomi oleh negara. Setelah para pemuka agama di negaranya mengutuk manusia sejenisnya.

Ia tak pernah berpikir tentang nasib hidupnya. Dan seandainya jika ia dapat memilih, mungkin Nian tidak pernah mau terlahir sebagai seorang Lesbi.

"Siapa yang mau mencintai sesama jenis, hasrat ini hadir secara alami tanpa bisa aku kuasai" Ceritanya padaku sambil terseduh sedan, setelah mendapat perlakuan pengucilan di lingkungan kerjanya.

"Nan, kehidupan ini seimbang kawan. setiap kebahagiaan dan penderitaan yang ada selalu menyisipkan kita pelajaran tersendiri" Ucapku getir menenangkanya.

"Orang-orang boleh menilai kita. Tapi mereka tidak berhak menghakimi kita mengkebiri hak kita untuk bernafas legah di dunia"

Wiski kembali kutuangkan, ini gelas ke-8 yang kami nikmati berdua di sudut kafe.

Sunyi, sendiri, hanya itu yang kami rasakan berdua. Orang-orang meludahi kami dengan dalih-dalih agama. Tanpa solusi kami terus dikebiri. Bukankah mereka manusia ber-Tuhan, tapi mereka telah melupakan mana hak Tuhan dan mana hak sebagai hamba, mereka telah mengambil hak Tuhan.

Hak yang seharusnya bukan milik para hamba. Mereka menjelma menjadi tuhan-tuhan kecil di masyarakat. mengutuk, menghardik, mencaci maki tanpa solusi.

Kulumat bibir Nian, kami berciuman sangat hangat. tidak kuhiraukan tuhan-tuhan kecil. Sembari batin kami mengadu pada Tuhan semesta raya. bahwa kami juga sebenarnya tidak menghendaki rasa ini. lantas pantaskah kami menyalahkan-Nya?

Jombang 17-02-2016

Previous
Next Post »
Posting Komentar
Thanks for your comment