Nasehat: Perjalanan Seorang Salik Mencari Cinta

Sore ... izin share sedikit catatan. Minggu ini tak terasa ada 2 share siraman rohani penting (ttg cara bertuhan) untuk batin kita semua yang di grup ini. Pertama berbentuk ceramah Ustadz Lukman Hakim (ULH), kedua dalam bentuk puisi oleh Syech Kanjeng Levi (SKL).

TIDAK untuk dibanding2kan, tapi mari kita ringkas saja satu persatu, semoga ada manfaatnya.
Berikut ini poin2 yang saya ringkas secara singkat dari ceramah ULH:
  1. ULH memberikan penjelasan bahwa yang membuat kita semua ini ditolong oleh Allah BUKANLAH karena SEBAB doa kita selama ini. Allah TIDAK PERNAH SEDIKITPUN bergantung pada doa manusia. NAMUN, semua pertolongan dan rahmat Allah itu sudah ditulis sejak zaman azali. Semua sudah ditulis dan buku sudah ditutup dan tinta sudah kering. KESIMPULANNYA, bagaimana manusia seperti kita yang hina dina ini merasa bisa mengatur Allah hanya dengan doa?
  2. SEMUA kebaikan yg kita terima selama ini, semua itu murni anugerah Allah dan tidak SAMA SEKALI dilatarbelakangi oleh berbagai usaha/doa kita. Itu semuanya full maunya Allah. Semua itu wujud nyata pemberian Allah. ULH menjelaskan agar BATIN kita selalu ditanamkan bahwa kita ini cuma masiah nya Allah doank. Ini alam batin kita ya. Ini alam hakikat.
  3. KALAU MEMANG DEMIKIAN ADANYA, lalu kenapa kita dilahirkan di dunia ini? Nah ini kita membahas alam lahiriah. Alam di dunia ini. Karena kita hidup di alam dunia, maka kita tetap berusaha dan berdoa. Dalam alam syariat, kita senantiasa terus berusaha. Kita dihadirkan di alam syariat ini (ada ruang dan waktu, ada bentuk, ada warna), dimaksudkan oleh Allah sebagai cara untuk ISTIQMAL (menyempurnakan). Penyempurnaan di wilayah syariat itu APA? Supaya kita semua lebih DALAM dalam rangka menyadari aspek hakikat di atas.
  4. Keseimbangan KEDUANYA (syariat dan hakikat) itu sudah diteladankan dengan baik oleh para nabi dan rasul. Nabi dan Rasul dihadirkan ke bumi ini merupakan bentuk sedekah Allah kepada umat manusia termasuk kite2 ini. Allahumma sholli alaa sayyidinaa Muhammad. Nabi dan rasul dengan baik mencontohkan keseimbangan syariah bil haqiqoh. YAITU, seharusnya manusia itu "semakin dia bersyariat maka dia semakin berhakikat", atau "semakin dia berhakikat maka dia semakin bersyariat". Jadi itulah lingkaran spiritual kita seperti demikian. Contoh adalah doa nabi saat Perang Badar, saat Nabi Ibrahim menjelang dibakar, dan sesudah keluar dari api pembakaran dengan selamat. Itu semua merupakan keseimbangan H dan S.
  5. PERTANYAAN lanjutan, jika semua sudah tertulis sempurna (bahkan tinta nya pun sudah kering), lalu sebagai manusia (di wilayah syariat) kenapa kita tetap diharuskan untuk berdoa dan berikhtiar? Ya semua itu sesungguhnya bermaksud demikian. Jika manusia itu sudah tidak mau berdoa dan berikhtiar, maka dia sudah berubah wataknya SEPERTI Tuhan. Seperti Firaun yang bisa menyulap segala sesuatu. Manusia yang demikian, itu sudah hilang KEHAMBAANNYA. Doa dan ikhtiar itu TERUSSSSSSSSSS harus dilakukan untuk menjaga diri ini tetap sebagai HAMBA. Sebagai Hamba itu memiliki 4 sifat, yakni a. FAKIR/BUTUH, b. HINA DINA, c. LEMAH, d. TIDAK BERDAYA. Itulah hakikat hamba sesungguhnya. Kalau manusia itu tidak diperintahkan untuk IKHTIAR, maka manusia tidak akan mengakui sifat2nya tadi. Dia akan kesulitan jadi HAMBA, lama2 jadi Tuhan seperti Firaun --ana robbikumul ala. Dan sudah demikian banyak jenis manusia seperti ini di dunia kita saat ini.
  6. Termasuk rezeki kita pun sudah tertulis rapi. Saya dapat apa dan Anda dapat apa. TIDAK MUNGKIN tertukar, juga tidak mungkin Anda bisa merebut rezeki orang lain walaupun Anda penguasa paling jahat sekalipun. Rezeki kita sudah tertulis di sana. KALAU BEGITU, apa kita sudah gak perlu kerja lagi? ADA hukum yang mengatakan kalau Anda bekerja nanti berhasil. Tapi ini kita sudah bekerja mati2an banting tulang, kenapa kita TIDAK segera menjadi orang kaya? Maka di wilayah syariat ini, sesungguhnya yang ingin dilihat TUHAN bukanlah itu, melainkan kembali pada proses PENGHAMBAAN itu sendiri. Bagaimana keikhlasan kita, kesabaran kita saat bekerja dst. Persis saat Perang Badar, yang dinilai oleh Allah bukanlah menang kalah nya, namun sejauh mana para sahabat betul2 patuh dan tunduk menjalankan perintah Allah. Ikhlas apa nggak.
  7. MAKA bila dalam diri orang yang terdapat kesadaran KEHAMBAAN ini, dalam doanya akan lebih banyak berzikir ketimbang meminta. BAHKAN kalaupun dalam doa itu lalu ada "meminta", itu semata2 sebagai wujud KEHAMBAAN. Ini seperti contoh istighfatr Rasulullah. Buat apa sih Rasulullah beristighfar? Itu semua merupakan wujud dari ucapan TERIMAKASIH dan KEHAMBAAN. Sebagai umatnya, SEHARUSNYA kita mengikuti spt demikian. Beristighfar karena kita BERTERIMAKASIH sudah DIAMPUNI. Kok bisa tahu dosa kita diampuni? Yes, kalau nggak DIAMPUNI kenapa ALLAH membuat kita beristighfar? Justru karena kita beristighfar itulah kita sebenarnya sudah diampuni. Maka BERTERIMAKASIHLAH dalam istighfar tsb. Sebab istighfar itu sendiri adalah AKIBAT AMPUNAN ALLAH. Astaghfirullah hal azim
  8. Jadi Allah TIDAK PERNAH LUPA thd semua amaliah kita. Sedikit pun TIDAK pernah lupa. TUHAN KOK DIINGATKAN. Yang bisa diingatkan itu adalah yg punya sifat pelupa. Mungkin saja dalam batin kita (maksudnya: saya), Tuhan kok mulai gak peduli ya? Oh NGGAK bisa. Kepedulian Tuhan kepada kita itu tidak tetap dan berubah. Bukan gara2 kita bangun malam lalu Tuhan peduli ... NGGAK. Juga bukan gara2 puisi atau blog. Yang banyak justru saat Tuhan peduli, kita justru mengabaikan kepedulian Nya. APAKAH Allah pernah mengabaikan kita? Nggak pernah. ULH menjelaskan, ini adalah bagian dari adab dalam BERDOA. Tuhan tolongin ya Tuhan, saya dalam kondisi begini nih, tolongiiiinn ya plizzz. ULH mengatakan, itu sama dengan mengatakan, Engkau LUPA AKU ya TUHAN? Sama dengan begitu. Walaupun yg di atas itu (dalam bentuk puisi misalnya) juga TERMASUK doa, tapi doa yang menurut ULH, kurang ber****. Nih bukan ane yg omong, puter lagi kasetnya yak peace ... wkwk Begitulah ULH menjelaskan.

Dari semua itu, kira2 YANG SAYA TANGKAP nya begini:
  1. Jangan sampai ketika kita sudah memasuki wilayah hakikat, itu kita merasa sudah FINAL. Tenang, masih panjang kelanjutannya. ULH menjelaskan, syariat itu berat, hakikat itu juga berat. "Hakikat" itu bukan jalan terakhir hidup kita di dunia ini. Istiqmal bro.
  2. Seharusnya hidup kita bisa semakin RINGAN bila didasari pengetahuan ketuhanan yang seimbang dan cukup.
  3. Menurut ULH sebenarnya hanya dengan SEKEDAR MENYADARI saja bahwa kita ini fakir (butuh), hina dina, lemah dan tak berdaya saja, (sifat KEHAMBAAN), maka itu sudah cukup menjadi pintu yang baik untuk menghadap Allah
Sumber: Group WA Sebelah
Previous
Next Post »
Posting Komentar
Thanks for your comment