Mbah Wakidi mendaftarkan diri dalam kelab eksklusif orang-orang nudis. Setelah membayar uang pendaftaran Rp. 5 juta, si petugas memberikan kartu anggota, buklet peraturan dan fasilitas serta kunci loker. Si mbah masuk loker, lalu melucuti semua bajunya, kemudian mulai berkeliling melihat fasilitas kelab itu.
Laki-laki perempuan tlenji berlalu-lalang tanpa sungkan. Seorang cewek semlohay lewat di depan Wakidi, membuat ‘si kecil’ menjadi besar. Si sem-lohay tiba-tiba berhenti: “Bapak memanggil saya?”
“Tet..tidak…apa maksud nona?” mbah Wakidi gelagapan. “Bapak anggota baru ya?” kata si gadis, “kalau dia menunjuk berarti bapak mengundang saya,” lanjut si gadis, “yuuuuk…” si semlohay mengajak ke tempat sepi, kemudian menggelar handuk…..
Mbah Wakidi melanjutkan melihat-lihat fasilitas lainnya. Dilihatnya sauna. Si mbah duduk dan…. duuut si mbah kentut. Tiba-tiba seorang pria berbadan besar, dada berbulu, menghampirinya. ”Bapak memanggil saya, ya?” tanya pria guede tadi.
“Tidak! Apa maksud anda?” Wakidi memandang bulu dada pria gede tadi… turun…terus ke bawah… si mbah melihat si kecil yang sudah membesar dan dalam posisi siap tempur. “Bapak pasti orang baru ya?” kata pria tadi, ”Menurut praturan, kalau bapak kentut, berarti bapak memanggil saya,” lanjutnya sambil tersenyum, “yuuuk…..”
Serta merta mbah Wakidi lari masuk loker, mengemasi barangnya dan kembali ke kantor kelab. “Saya mau mengembalikan kartu anggota dan kun-ci loker. Uang yang Rp. 5 juta boleh kamu ambil.”
“Lho pak, bapak ‘kan baru dua jam di sini? Bapak bahkan belum melihat fasilitas lain, diskon di res-toran, minum di bar, pijat…” kata resepsionis.
“Dengerin ya mbak, usia saya 62 tahun, ‘adik’ saya cuman bisa bangun duakali sebulan, tapi saya bisa kentut lebih dari 15 kali dalam satu hari…….”
Sumber: Ceritamukidi.wordpress.com
Laki-laki perempuan tlenji berlalu-lalang tanpa sungkan. Seorang cewek semlohay lewat di depan Wakidi, membuat ‘si kecil’ menjadi besar. Si sem-lohay tiba-tiba berhenti: “Bapak memanggil saya?”
“Tet..tidak…apa maksud nona?” mbah Wakidi gelagapan. “Bapak anggota baru ya?” kata si gadis, “kalau dia menunjuk berarti bapak mengundang saya,” lanjut si gadis, “yuuuuk…” si semlohay mengajak ke tempat sepi, kemudian menggelar handuk…..
Mbah Wakidi melanjutkan melihat-lihat fasilitas lainnya. Dilihatnya sauna. Si mbah duduk dan…. duuut si mbah kentut. Tiba-tiba seorang pria berbadan besar, dada berbulu, menghampirinya. ”Bapak memanggil saya, ya?” tanya pria guede tadi.
“Tidak! Apa maksud anda?” Wakidi memandang bulu dada pria gede tadi… turun…terus ke bawah… si mbah melihat si kecil yang sudah membesar dan dalam posisi siap tempur. “Bapak pasti orang baru ya?” kata pria tadi, ”Menurut praturan, kalau bapak kentut, berarti bapak memanggil saya,” lanjutnya sambil tersenyum, “yuuuk…..”
Serta merta mbah Wakidi lari masuk loker, mengemasi barangnya dan kembali ke kantor kelab. “Saya mau mengembalikan kartu anggota dan kun-ci loker. Uang yang Rp. 5 juta boleh kamu ambil.”
“Lho pak, bapak ‘kan baru dua jam di sini? Bapak bahkan belum melihat fasilitas lain, diskon di res-toran, minum di bar, pijat…” kata resepsionis.
“Dengerin ya mbak, usia saya 62 tahun, ‘adik’ saya cuman bisa bangun duakali sebulan, tapi saya bisa kentut lebih dari 15 kali dalam satu hari…….”
Sumber: Ceritamukidi.wordpress.com