Mbah Mukidi baru saja hendak berangkat ke sawah, ketika terdengar uluk salam:
“Assalamualaikum,” sebuah suara perempuan,” kulonuwun…”
“Waalaikumsalam, monggo…”
“Ibu ada pak?”
“Sedang pergi nak.”
“Kemana perginya pak?”
“Anu, ke kuburan,” jawab si mbah, “ada apa to nak?”
“Ini lho, saya mau menawarkan panci,” kata si gadis SPG.
“Ya..ya…ya.. yang tahu urusan panci memang ibu-ibu,” si mbah manggut-manggut, “maaf ya saya pegi dulu, sudah siang..” si mbah mengambil cangkulnya.
“Saya tunggu boleh nggak pak?”
“Boleh saja, silakan santai saja nak…”
Menjelang sore, ketika mbah Mukidi pulang, gadis tadi masih di rumahnya…
“Pak ibu pergi ke kuburan koq lama ya?”
“Memang lama nak, sudah hampir 2 tahun….”
Sumber: Ceritamukidi.wordpress.com
“Assalamualaikum,” sebuah suara perempuan,” kulonuwun…”
“Waalaikumsalam, monggo…”
“Ibu ada pak?”
“Sedang pergi nak.”
“Kemana perginya pak?”
“Anu, ke kuburan,” jawab si mbah, “ada apa to nak?”
“Ini lho, saya mau menawarkan panci,” kata si gadis SPG.
“Ya..ya…ya.. yang tahu urusan panci memang ibu-ibu,” si mbah manggut-manggut, “maaf ya saya pegi dulu, sudah siang..” si mbah mengambil cangkulnya.
“Saya tunggu boleh nggak pak?”
“Boleh saja, silakan santai saja nak…”
Menjelang sore, ketika mbah Mukidi pulang, gadis tadi masih di rumahnya…
“Pak ibu pergi ke kuburan koq lama ya?”
“Memang lama nak, sudah hampir 2 tahun….”
Sumber: Ceritamukidi.wordpress.com