Mukiran diantar ayahnya ke sekolah.
“Selamat pagi bu,” pak Mukidi sengaja menemui gurunya, “tolong anak saya ada masalah…”
“Masalah apa pak?” tanya bu Sukilah.
“Dia suka berjudi…” jawab Mukidi cemas, “saya khawatir uang sakunya akan dipakai berjudi.”
“Oh jangan kuatir, serahkan urusan ke saya…..nanti saya bereskan…”
Siang harinya pak Mukidi menerima telpon dari bu Sukilah: “Saya rasa, Mukiran anak bapak sudah bebas dari masalah judinya?”
“Wah, terimakasih bu,” Mukidi gembira, “bagaimana caranya?”
“Saya tadi bertaruh Rp 10 ribu rupiah, Mukiran bilang ada tahi lalat di bokong saya. Dia lalu saya bawa ke ruang guru, di sana saya tunjukkan dan ternyata di bokong saya terbukti tidak ada tahi lalat.”
“Sial!” teriak Mukidi, “dasar anak bandel…”
“Kenapa pak?”
“Dia bertaruh dengan saya Rp. 100 ribu, dia bilang; sebelum selesai pelajaran dia bisa melihat bokong bu guru…”
Sumber: Ceritamukidi.wordpress.com
“Selamat pagi bu,” pak Mukidi sengaja menemui gurunya, “tolong anak saya ada masalah…”
“Masalah apa pak?” tanya bu Sukilah.
“Dia suka berjudi…” jawab Mukidi cemas, “saya khawatir uang sakunya akan dipakai berjudi.”
“Oh jangan kuatir, serahkan urusan ke saya…..nanti saya bereskan…”
Siang harinya pak Mukidi menerima telpon dari bu Sukilah: “Saya rasa, Mukiran anak bapak sudah bebas dari masalah judinya?”
“Wah, terimakasih bu,” Mukidi gembira, “bagaimana caranya?”
“Saya tadi bertaruh Rp 10 ribu rupiah, Mukiran bilang ada tahi lalat di bokong saya. Dia lalu saya bawa ke ruang guru, di sana saya tunjukkan dan ternyata di bokong saya terbukti tidak ada tahi lalat.”
“Sial!” teriak Mukidi, “dasar anak bandel…”
“Kenapa pak?”
“Dia bertaruh dengan saya Rp. 100 ribu, dia bilang; sebelum selesai pelajaran dia bisa melihat bokong bu guru…”
Sumber: Ceritamukidi.wordpress.com